Pilu Ketupat Busuk

Puisi tentang pilu ketubat busuk (Ilustrasi by ideogram)
Kala ku sendiri tepat dibawah rembulan. Dingin tubuh ini, hanya diselimuti gema agung indah. Semua kenangan indah juga terbesit dalam benak ini. Wanginya, senyumnya, tawanya, dan semuanya yang indah ingin ku tampik. Ku tak ingin meneteskan air mata ini. namun entah, mengalir deras tak terbendung. 

Kini aku seorang diri. Hampir 2 tahun sudah kulalui dengan kemunafikan hanya demi tidak ingin mengingat dan mengulang masa indah itu. Biar saja. Agar semuanya tahu, bahwa keindahanku ialah ketika bersama kalian. Bunda ku yang sudah tenang dialam sana. Adik ku yang sedang berupaya. Dan sibontot yang sedang berjuang untuk membentuk dirinya sendiri. Dengan derai air mata yang mengalir. Kubayangkan sosok kalian dihadapan ku ini. Dan aku herkata "Maafkan aku jika tak mampu menjalani semuanya tanpa sosok kalian." Lalu kita daling berpelukan, seperti hari fitri di tahun yang silam. Saling menangis dan menguatkan. Menambah energi baru dalam semangat perjuangan ini. Kami bertiga, satu persatu sungkam di pahamu, Bunda. Ahh cukup. Aku kembali sadar. Gema takbir kembali lagi terdengar. Tak kuat kaki ini menahan semuanya. Ya Rab... Maklumi dengan segala kerinduan kepada orang yang kurindu ini. Aku tersungkur dan menangis sekencang-kencangnya. Tanpa satupun yang tulus menghapus air mata didalam hati ini. 

"Jangan sadar! Malam ini aku tak boleh sadar!" Kutenggak lagi obat itu. Dua kurang! 3 kurang! 7 butir langsung kutelan. Hanya 5 jam saja obat itu mempengaruhi diri, sedang orang lain sudah bisa masuk Rumah Sakit bahkan sampai ke pusaranya. Ketika aku tersedar dari mabuk semalam. Gema takbir seakan memanggil diri ini untuk datang ke Rumah Allah. "Tidak!" Segera ku katakan itu. Bukan karena tak mau ibadah. Tapi karena takut mengingat kenangan indah ketika bersama kalian. Ternyata oat-obat terlarang tak masih kalah dengan rasa rindu ini. 

Adik-adikku. Kuyakin kau juga merasakan hal yang sama sepertiku ini. Kuatlah, sayang! Bertahanlah, sayang! Jika kau juga tidak kuat dan tidak mampu, lantas alasan apa yang tepat untuk aku bertahan hidup sampai detik ini. Aku pun tak tahu sampai kapan penderitaan ini akan bersahabat dengan kita. Kesedihan karena kehilang sosok bunda memanglah tidak mudah. Sampai kapanpun, dik. Kalau dulu kita bersama-sama pernah berkata bahwa kita harus selalu bertiga. Tapi nyatanya tuhan memberi jalur yang berbeda. Bukan inginku, dik. Berpisah dengan kalian juga menambah kepedihan ini. Tapi barangkali Tuhan sedang memberi pelajaran baru untuk kita. Sehat-sehatlah disana. Kita yakinkan sama-sama bahwa kita kuat dan mampu. 

Malam ini, sampai esok hari. Hatiku hanya untukmu, mamah, dan adik-adik. Mohon maaf sahabat, kekasih. Moment yang sakral, aku hanya mampu mabuk dengan kerinduan. 

Indah selalu surgamu, bunda. Kami semua akan kuat dan baik-baik saja. Dan maklumiki, Tuhan. Engkaulah Maha Pengampun dan Penerima Taubat.

Posting Komentar untuk "Pilu Ketupat Busuk"