Sebuah cerpen yang mengisahkan tentang pertemuan pertama (Ilustrasi by ideogram) |
Rasa rindu ini semakin menggebu
Menggebu bagai hasrat ulul albab terhadap ilmu
Menggebu bagai sufisme terhadap ilahianya
Pada suatu malam, tiga orang sekawan berkunjung ke sebuah kedai kopi, simpang jalan kampus jingga. Di antara tiga sekawan itu ada seorang pria yang jomblo sekian tahun lamanya. Senang bukan kepalang, ketika ia menemukan ada barista lawan jenisnya di kedai kopi tersebut. Tak menunggu lama ia pun dengan sangat piwai dan seksama langsung berintraksi dengan si barista dambaannya. Beberapa kali ia membuat barista itu memancarkan senyumannya yang teramat indah bagai rembulan. Sambil tertawa terkekeh pun tersipu malu oleh sang lelaki, waktu hanya berlangsung sebentar saja.
Namun, siapa yang tahu bahwa sang lelaki ternyata telah kasmaran dengan pandangan pertamanya itu dengan rasa bercampur kasmaran.
Lelaki itu pun terus bernalar keras untuk rembulan dambaannya. Benar saja, tak memerlukan waktu yang lama, sang lelaki kembali berkunjung ke kedai kopi tempat rembulannya berada. Namun kunjungannya kali ini berbeda, ia membawa beberapa alumni dan mahasiswa-mahasiswi kampus jingga.
Dengan secuil romans dan anugerah akal yang ia miliki. Ia pun kembali berlaga untuk mendapat secerca perhatian rembulan dambaannya.
Waktu pun berlalu sangat cepat, nomor WhatsApp rembulan dambaanya telah ia dapati.
Terus berkunjung ke kedai kopi simpang jalan kampus jingga dengan membawa beragam tongkrongan yang ia kenal. Makanan dan minuman pun ia pesani via nomor whatsApp yang sudah ia dapati itu.
Keakraban pun mulai terjalin diantara kedua insan ini. Sang lelaki bermodalkan kejujuran dan keyakinan integritasnya. Rembulannya pun menyambut hangat, romans dan kepiwaian lelaki itu.
Tanpa lelah maupun jenuh, lelaki itu terus berkunjung ke kedai kopi tempat rembulannya. Sesekali ia memberi suprise pada rembulannya.
Keindahan pun semakin terpancar melalui wajah sang rembulan, kedekatan emosional juga mulai terjalin, dan kejujuran-kejujuran pun mulai mereka paparkan satu sama lain.
Tak lupa kepercayaan juga saling mereka tanami satu sama lain. Rembulan mengenalkan. Lelaki pun mengenalkan, dan akhirnya saling terkenal-kanlah mereka berdua.
"Menikah, aku ingin segera menikah,"ucap rembulan.
"Oh ya, tentu aku pun menghendaki hal yang sama,"jawab lelaki.
Maka bertambah besarlah kerinduan lelaki dan rembulannya.
Tak jarang suka duka mereka lalui bersama, lantaran beberapa realitas kehidupan yang berlaku.
Namun siapa sangka, hingga kini rasa rindu itu terus bertambah dan bertambah, kendati bingung harus apa.
Hanya komunikasi dan pertemuan yang dapat mereka perbuat untuk saat ini demi mendirikan sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Segala cara mereka lakukan untuk menyikapi rasa rindu.
Posting Komentar untuk "Rindu Rembulan (Part 1)"