Lara yang engan dihakimi. |
Oh angin malam, maafkan daku yang tak melakukan ritual penyembahan pada Tuhan-mu.
Oh duhai diriku, tak malu kah engkau dikala tersenyum dan tertawa menikmati hidup ini?
Matahari, bulan, bintang dan seluruh kalian wahai alam semesta! Tahukah kalian akan Lukman yang satu ini?
Alam semesta dan seisinya.. Curigaku "kalian pasti tahu, siapa dan ada apa dengan diriku ini"?
Mohon, jawablah daku dengan keramahan yang kalian miliki.
Jika engan menjawab, maka biarlah aku dengan aku yang saat ini terus mengembara hingga temu, alasan atau jawaban yang sedang ku cari.
Lukman adalah Lukman, hanyalah sebuah nama..
Nama itu kudapat ketika terlahir dimuka bumi ini.
Ku hanya membawa ruh beserta jasad ke alam dunia ini, namun ku tak tahu persis hendak apa aku terlahir.
Aku bukanlah ustadz/ustadzah yang cakap akan konsep ketuhanan serta ritual berTuhan.
Aku bukan pula romo, pendeta atau biksu dan sejenisnya.. Aku hanyalah aku dengan secuil akal dan segenggam hati.
Hai Lukman! "Engkau adalah penghianat kurang ajar", gema suara itu merasuki akal pikiranku.
Entah darimana sumber suara itu, aku pun tak tahu. Namun, apakah aku sedang mendramatisir hidup kehidupanku ini?
Lara.. Aku berlarut didalamnya, aku menikmati waktu bersamanya. Kendatipun ku tak tahu, apakah aku sedang jujur pada aku yang saat ini?
Biarlah, biarkanlah aku dengan aku yang saat ini, agar engkau tak menjadi hakim, yang juga ku takuti.
Kuingin engkau pun menari bersamaku ketika sedang lara. Namun sayang, ku tak punya cukup kekuatan untuk melakukan hal itu.
Maka biarlah, biarlah aku begini adanya. Sebab hidup sesederhana itu bukan?
Entah carut marut atau tidaknya hidup seseorang, biarlah, biarkanlah. Jangan engkau menjadi hakim atas dirinya. Karena seyogyanya, ia juga mempunyai hakim sama sepertimu, bukan?
(Mens)
Posting Komentar untuk "Siulan Puisi Lara"