Dewi kekasihku. Kejujuran hanya pada tulisanku, aku bebas mengkisahkan tanpa harus berfikir nanti bagaimana. Bukan bermaksud untuk menggoda atau membujuk mu, Dewi. Kata hati selalu ku ungkapkan pada tulisan yang selalu ku sampaikan khusus padamu seorang. Entah kau akan mempercayai atau tidak. Tetapi, kasihku, ini keyakinanku.
Sudah beberapa hari ini aku selalu memimpikan orangtuaku. Iya mamah, ia selalu hadir dan mengajakku untuk bersamanya dalam mimpi. Memang hampir seminggu ini mimpiku tak karuan. Maaf, aku baru berani sampaikan lewat tulisan ini. Ajakan mamah selalu membuatku rindu, ku pikir semakin lama mamah meninggalkanku semakin pudar juga rindu ini. Tapi tidak! Semakin hari, rinduku semakin menggunung pada mamah. Hampir tiap malamnya ku bersedih merindukan sosok perempuan yang bagiku adalah Nabi.
Malam ini, malam yang ketiga aku memimpikannya. Ia masih mengajakku untuk bersamanya. Aku ingat betul, dalam mimpiku ia katakan "Nak, dulu pengen duluan yang disini kan? Nak, tau kan kalo nanti mamah disini? Sekarang mamah udah disini,Nak," ia katakan dengan pakaian serba putih dan mata yang sayu dan sedih menatapku. Seakan merayuku untuk datang menghampirinya.
Ku terbangun dan terus memikirkan apa yang ku impikan itu, aku sudah kirim doa padanya. Namun entah, aku selalu memikirkan mimpi itu. Ku rasa, suatu saat, entah lama maupun dekat, aku bersama dengannya. Tapi tidak, aku masih ingin melihat kamu, Dewi, kekasihku, bahagia dengan perjuanganku. Awal dan Adjie, adik-adikku juga pasti bahagia. Ku teguhkan hati ini untuk tidak mencoba hal ceroboh untuk mempercepat bersama mamah. Ku patenkan niatku untuk bisa menemanimu di dunia ini, sayang. Entah mengapa, kala itu aku tak merasa mamah pada sosokmu. Tidak seperti biasanya, ketika kau dekat denganku, kurasakan juga hangat mamah bersama kita.
Sampai akhirnya, dimalam berikutnya. Mamah datang lagi di mimpiku, ia peluk aku dengan menyebut-nyebut namamu serta adik-adik ku sambil terisak-isak nangis. Seakan-akan ia titipkan padaku. Dalam mimpi itu, aku merasa tak kuat dititipkan dirimu serta adik-adik ku. Seperti kembali ke masa kecil, aku menangis pada pangkuan mamah. Aku katakan padanya "Aku mau sama mamah, aku mau nemenin mamah," entah kenapa, mamah malah menangis dan semakin kencang memeluk tubuh ini. "Mamah juga menginginkannya nak, namun, mamah selalu ada buat aa. Kini mamah ada pada Dewi, Awal, dan Adjie," kepalanya menunduk dan merajuk memohon.
Saat itu aku sangat takut tidur malam hari, aku takut Mamah datang ke mimpiku dan membuatku semakin rindu padanya. Sampai pada pagi selasa ini, 4 April 2023. Kucoba tuliskan meski harus sembunyi karena tak kuat tahan air mata mengalir.
Sayang, dengarlah. Kisahku yang penuh dari penderitaan. Masa mudaku direnggut segala-galanya. Aku tak punya siapa-siapa, meski sebenarnya sudah terbiasa. Namun, kini ku tak bisa lagi lepas rindu pada sosoknya. Sayang, apakah aku perlu menyegerakan pertemuan dengan mamah? Aku harus cepat mati? Maaf sayang.
Jika kelak ku mati lebih cepat dari tulisan ini. Segerobak maaf ku haturkan padamu. Aku hanya lelaki pengecut yang tak bisa mengutarakan kesedihan ini padamu, kekasihku. Aku hanya orang yang selalu ingin dimengerti, namun ku tutupi semua kesedihanku, kemudian aku marah jika kau tak mengerti diriku yang sedih ini. Lihat! Betapa tersiksanya menjadi kekasih seorang lelaki yang tak henti dihujani air mata, Belum lagi jika aku berfikir "Dapatkah ku bahagiakan dirimu serta adik-adikku," rasanya ku ingin segera mati tertabrak kontainer, atau overdosis dengan obat-obatan.
Posting Komentar untuk "Piluku Menghasut Mengakhiri"