Di Persimpangan jalan kampus Jingga, kutemui beragam manusia dengan identitas dan latar belakang yang bervariasi.
Entah mengapa, semakin hari semakin ku nikmati romansa-romansa jalanan itu, ku menari dan tertawa bersama mereka,"hey..hidup hanya numpang ketawa, aku tertawa maka ku apa?".
Hari-hari pun ku lewati bersama mereka, paginya aku ngorok lalu ngampus. Malamnya aku ngelayap lalu berkumpul kembali bersama mereka, pengamen, driver ojol, mahasiswa, pedagang dll.
Hampir tiap malam hingga dini hari, kami nikmati waktu bersama secangkir kopi, suguhan bu bos.
Mengukir kisah memang kebiasaan buruk ku, ku harap engkau tak meniru ku. Sebab, bila engkau meniru, niscaya usang lah sudah kisahku.
Belum terlampau banyak, kisah yang ku goreskan dalam selah waktu bersama keluarga Jingga. Maka jika engkau ingin menggores, gores lah kisahmu dengan versi terbaikmu. Agar nampak, bahwa engkau pun pandai berkarya.
Pelita malam..
Hadirlah dan temui aku, telah lama ku menantimu,
tahun-tahun sudah lelah aku lewati.
Tanpa henti kemarahan aku nyanyikan
Parau sudah keluh lidah jeritkan harapan
Dengan pena tinta api.. Api.. Api.. Kutuliskan
Lirik lagu Romi Jahat, pun semakin terasa membara dalam sukma yang penuh penghayatan akan kehidupan bersama saudara-saudara di persimpangan kampus Jingga.
Gemetar karena angin
Kuyup memeluk dingin
Dasar jurang memanggil
Berhenti akan mati
Berharap cuma mimpi
Dicambuk agar lari
Karya yang penuh akan makna dalam bentuk lagu, Romi Jahat..aku merindukanmu.
(Mens)
Posting Komentar untuk "Simpang Jalan Kampus Jingga"