Organisasi Mahasiswa Tak Penting? Ini 3 Pemikiran Yang Wajib Dimiliki Oleh Mahasiswa

Tiga pola pikir untuk menanggapi organisasi mahasiswa 


Hallo sobat Jingga! Akhir-akhir ini, di lingkungan kampus atau perguruan tinggi sedang marak opini yang beredar, terkait oraganisasi tak lagi penting!

Padahal sudah sama-sama kita ketahui bahwa, dari organisasi-organisasi mahasiswa telah banyak melahirkan insan-insan hebat dan organisasi juga adalah merupakan wadah yang memang dapat menyatukan ide-ide menjadi gagasan-gagasan berlian untuk mencapai tujuan bersama.

Nah, maka dari itu penulis disini mencoba menguraikan 3 pola pikir yang wajib dimiliki mahasiswa, berikut uraiannya;


1.Pikiran terbuka atau open minded

Tentunya memiliki pemikiran yang terbuka adalah merupakan faktor utama bagi seorang mahasiswa untuk menyikapi perannya sebagai agent of change, agent of control dan agent of social.

Sebab, akhir-akhir ini banyak mahasiswa yang menutup diri dan bersikap apatis terhadap sesama mahasiswa lainnya. Mengapa hal itu bisa terjadi? 

Hal itu bisa terjadi karena beberapa hal, entah itu karena realita kehidupan yang sedang ia jalani, atau bisa juga karena mahasiswa tersebut belum memiliki ideologi yang sesuai dengan metodologi pemikiran mahasiswa pada umumnya, yang terkenal akan nilai intelektualnya.

Karena, jika ia menerapkan open minded dalam kesehariannya di dunia kampus, maka sudah pasti ia tak akan mengalami hal-hal yang tidak produktif dan efektif tersebut. Perlu diketahui, bahwa mahasiswa disegani oleh pemerintah dan masyarakat bukan karena baperisasinya ataupun ke-anarkisannya, melainkan mahasiswa disegani karena ia adalah satu-satunya elemen yang kaya akan intelektual dalam segala aspek kehidupan berbangsa pun bernegara. 


2. Pemikiran Kritis atau critical thinking

Nah, yang satu ini tak kalah penting sobat Jingga!

Menerapkan critical thinking berarti anda adalah seorang filsuf, mengapa demikian? 

Karena, jika kita berbicara tentang daya berfikir kritis, maka sudah pasti kita akan berbicara tentang peran dari induknya ilmu pengetahuan, yaitu Filsafat. Sebab, seyogyanya dari Filsafat-lah lahir berbagai cabang ilmu pengetahuan yang sekarang kita nikmati bersama.

Dalam hal ini menurut Wikipedia, berpikir kritis adalah cara berpikir manusia untuk merespon seseorang dengan menganalisis fakta untuk membentuk penilaian. Subjeknya kompleks, dan ada beberapa definisi yang berbeda mengenai konsep ini, yang umumnya mencakup analisis rasional, skeptis, tidak bias, atau evaluasi bukti faktual.

Bahkan sejarah Indonesia pun, tak luput dari sepak terjang Critical thinking para mahasiswa. Sebagaimana yang sudah kita ketahui, sejarah bangsa kita yang kala itu dipimpin oleh Presiden Soeharto yang terkenal akan ke-otoriterannya. 

Pada era kepemimpinan beliau, ruang gerak mahasiswa benar-benar dibatasi oleh berbagai kebijakan yang sengaja dibuat agar doktrin sistem pemerintahan yang demokratis tidak beredar, salah satunya adalah normalisasi kehidupan kampus (NKK) kebijakan ini dikeluarkan oleh mantan Mendikbud Daoed Joesoef (1978-1983).

Melansir dari, nasional.kompas.com

Kebijakan NKK/BKK berlaku resmi setelah Mendikbud Daoed Joesoef mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus. 

Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan tentang adanya perubahan terhadap bangsa Indonesia, dan memang betul saja para mahasiswa-mahasiswi kita dengan mengandalkan pikiran kritisnya berhasil menumbangkan kekuasaan Soeharto yang otoriter dan berpindah pada era reformasi.

Hal tersebut dapat terjadi, karena berdasarkan fakta kepemimpinan Presiden Soeharto. Maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memang sangat membutuhkan pemikiran kritis dalam menjalankan perannya sebagai, agent of change, agent of control dan agent of social.


3. Pemikiran inovatif

Yang terakhir adalah pemikiran inovatif, sama pentingnya juga bagi mahasiswa untuk memiliki pemikiran yang inovatif. Layaknya manusia yang tidak hanya dituntut untuk produktif melainkan juga kreatif atau inovatif.

Karena dengan memiliki pemikiran yang inovatif maka berbagai ide dan gagasan yang ada akan terimplementasi dengan berbagai wujud yang bervariasi. Tentunya hal tersebut dapat terealisasikan, berangkat dari pemikiran yang terbuka atau open minded dan juga pemikiran yang kritis. Pada intinya, bagaimana seorang mahasiswa dapat memiliki ketiga pemikiran/mindset tersebut dan dapat melakukan proses simbiosis mutualisme dalam memerankan perannya sebagai agen perubahan, agen kontrol dan agen sosial.

Pernah bibirku pecah ditinju, tulang rusuk jadi mainan tumit sepatu, tapi tak bisa mereka meremuk kata-kataku! Quotes Wiji Tukul.

(Mens)

Posting Komentar untuk "Organisasi Mahasiswa Tak Penting? Ini 3 Pemikiran Yang Wajib Dimiliki Oleh Mahasiswa "