Perkembangan zaman harus menjadi manusia modern (doc:pinterst) |
Perkembangan zaman yang sangat pesat, tak seharusnya mengkikis budaya yang sudah diterapkan bertahun-tahun di suatu negara bahkan menjadi sumber penghasilan kelompok masyarakat tertentu.
Juga miris, ketika mendengar seorang petani yang menasehati anaknya untuk tidak seperti bapaknya. Atau, nelayan yang juga menasehati anaknya agar lekas lulus kuliah dan segera kerja dikantor, tidak diatasan sampan yang digoyang ombak laut seperti bapaknya. Ucapan-ucapan itu sering terjadi saat ini ditengah perkembangan zaman yang tak terlepas dari kepentingan kaum kapitalis.
Sebenarnya wajar saja perkataan mereka seperti demikian. Sebab, dengan kerja keras yang selalu ia lakukan, sampai lupa tentang kehormatannya. Kemudian tak banyak orang juga menganggap yang ia lakukannya itu suatu hal yang tak terhormat, mereka yang menganggap itu telah lupa, bahwa yang ia makan adalah hasil kerja keras para nelayan dan petani di desa.
Pramoedya ananta toer juga mengatakan demikian. "Di sana, di kampung nelayan tetesan deras keringat membuat orang tak sempat membuat kehormatan, bahkan tak sempat mendapatkan nasi dalam hidupnya terkecuali jagung tumbuk yang kuning. Betapa mahalnya kehormatan dan nasi," ujarnya.
Lantas bagaimana nasib masyarakat kota yang masih memilih makan nasi, ikan serta sayur mayur dari pekerjaan mereka yang dianggap tak terhormat itu? Mungkin karena asumsi tak terhormat itulah yang menyebabkan mereka para nelayan dan petani untuk tidak mau mewariskan ilmu luhurnya itu.
Bahkan kali ini kian terlihat, perkembangan zaman yang sangat modern merubah segelanya menjadi praktis. Seperti dalam aspek komunikasi, tranportasi, pekerjaan, dll. Hampir semua sudah dikuasai moderenisasi sehingga kehidupan kali ini menjadi lebih praktis dan mudah. Namun, apakah hal demikian menjadi sesuatu yang positif dalam kehidupan masyarakat di Indonesia?
Tentu jawabanya ialah positif, karena biar bagaimanapun ia lahir dari pengetahuan yang juga modern. Tapi tetap, logika dasarnya ialah ada positif tentu terdapat negatif. Juga sama halnya, pram menganggap bahwa tentang pengetahuan modern akan memberikan hal yang negatif dan positif.
"Dengan ilmu pengetahuan modern, binatang buas akan menjadi lebih buas, dan manusia keji akan semakin keji. Tapi jangan dilupakan, dengan ilmu-pengetahuan modern binatang-binatang yang sebuas-buasnya juga bisa ditundukkan," tulisnya.
Namun bukan berarti zaman ini disebut dengan zaman modern. Boleh tekhnologi kita semakin modern, boleh tranformasi kita semakin modern, maka juga harus menjadi manusia yang modern. Manusia yang saling melihat, mendengar, menggerakkan, manusia lainnya. Atau mudahnya, manusia yang memanusiakan manusia. Demikian pula manusia modern yang dimaksud oleh pram, ia mengatakan; "Dan bukankan satu ciri manusia modern juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi individu? Individu-individu yang kuat sepatutnya bergabung mengangkat sebangsanya yang lemah, memberinya lampu pada bayangan dan memberi mata pada yang buta," tegasnya.
Maka bisa disimpulkan, dengen perkembangan zaman yang semakin modern ini, seharusnya membuat kita menjadi manusia yang modern. Kalau tidak, maka kemajuan modernisasi ini berarti kemunduran mentalitas manusia.
(arsm)
Posting Komentar untuk "Pramoedya Dalam Perkembangan Zaman Modern"